Apakah Perempuan Tidak Bekerja Berarti Rendah Martabatnya?

Ada diantara kaum perempuan yang beropini -+:

“Perempuan harus bekerja/punya penghasilan, agar tidak direndahkan!”

 

Pemberi pernyataan tersebut mungkin punya keinginan pembelaan terhadap martabat perempuan, tetapi faktanya menunjukkan kekeliruan berpikir yang lahir dari kerangka materialistik dan feministik.

 

Beberapa hal yang penting kita perhatikan:

  1. Penghargaan kepada Perempuan Bukan Ditentukan oleh Hartanya

Dalam Islam, kemuliaan seseorang bukan karena hartanya, atau penghasilannya, melainkan karena ketakwaannya.

…Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…. (TQS. Al-Hujurat: 13)

Maka, mengatakan bahwa perempuan harus bekerja agar dihargai adalah standar salah yang menilai manusia berdasarkan materi, bukan ketaqwaannya.

 

  1. Tugas Perempuan: Bukan Harus Bekerja, Tapi Melaksanakan Perintah-perintah Allah

Dalam Islam:

  • Perempuan tidak wajib mencari nafkah.
  • Nafkah adalah kewajiban suaminya (jika sudah menikah) atau ayahnya (jika belum menikah), bukan istri atau anak perempuan.

 

Namun, perempuan tetap boleh bekerja:

  • Selama tidak melanggar syariat (misalnya : tidak membuka aurat, tidak meninggalkan kewajiban rumah tangga, dll).
  • Bukan karena takut direndahkan, tetapi untuk tujuan mulia, misalnya mengoptimalkan potensi yang Allah berikan. Misalnya ia ahli dalam bidang tertentu seperti ahli farmasi, yang bidang keahlian ini sangat dibutuhkan umat.

 

  1. Logika Kapitalistik: Menyesatkan Perempuan

Pernyataan di atas adalah bagian dari propaganda kaum yang terkena virus kapitalisme sehingga menganggap :

“Kalau kamu tidak menghasilkan uang, kamu tidak berguna.”

Ini racun berbahaya yang bisa membuat banyak perempuan:

  • Merasa gagal jika hanya menjadi ibu rumah tangga.
  • Mengejar penghasilan sampai mengorbankan keluarga.
  • Merasa hina jika tidak punya penghasilan.

 

Padahal, Islam sangat memuliakan ibu rumah tangga.

Dalam sebuah hadis. Anas bin Malik ra. mengatakan bahwa beberapa perempuan pernah mendatangi Rasulullah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, para lelaki mempunyai keistimewaan dapat pergi berjihad di jalan Allah, sedangkan kami tidak punya pekerjaan yang pahalanya setara dengan para mujahid di jalan Allah.” Setelah mendengar penuturan para perempuan itu, Rasulullah saw. bersabda, “Pekerjaan rumah tangga seorang di antaramu, pahalanya setara dengan jihadnya para mujahid di jalan Allah.”

  1. Yang Perlu Diperbaiki Masyarakatnya

Jika perempuan direndahkan karena tidak bekerja, maka masyarakatnya yang rusak, bukan perempuannya.

Solusinya bukan mengopinikan semua perempuan harus bekerja, tapi:

  • Mendidik laki-laki untuk menunaikan kewajibannya (termasuk diantaranya menafkahi kaum perempuan yang menjadi tanggungannya). Jangan sampai ada kaum laki-laki yang dapat julukan “mokondo”.
  • Menanamkan nilai Islam bahwa setiap peran punya kemuliaan, baik sebagai ibu, guru, dokter, penulis, pedagang, dll.
  • Membangun sistem Islam yang menjamin nafkah perempuan, termasuk janda, anak yatim, dan perempuan tidak mampu, tanpa menjadikan mereka pekerja dalam alam kapitalis yang seringkali merendahkan kaum wanita (misalnya: SPG berbusana minim, dan sejenisnya).

Mari kita didik masyarakat agar tidak merendahkan kaum perempuan yang tidak bekerja mencari uang. Semua pilihan yang terikat syariah ada kemuliaan. (www.baiti.my.id)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *