Jadi Laki-laki Jangan Egois

Oleh : Farid Ma’ruf

Kapan pendidikan anak dimulai? Ada orang yang berpendapat sejak lahir. Ada orang yang berpendapat sejak dalam kandungan. Benarkah? Menurut saya, justru sebelum itu sudah ada proses lain yang juga harus diperhatikan. Yaitu sebelum anak lahir. Kapan itu? Ketika seorang lelaki memilih calon ibu bagi calon anak-anaknya.

Nasihat Utsman bin Affan :
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya oang yang hendak menikah itu ibarat orang yang hendak menyemai benih. Maka hendaklah ia memperhatikan dimana ia akan menyemainya. 
Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang jelek jarang sekali melahirkan ket
urunan yang baik, maka pilih-pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak.”

Oleh karena itu, sebagai laki-laki janganlah terlalu egois dan berpikir jangka pendek. Memilih calon istri hanya melihat aspek cantiknya saja, tanpa memperhatikan bagaimana agamanya. Itu egois sekali. Hanya mementingkan kesenangan pribadi. Apakah tidak memperhatikan bagaimana nasib pendidikan anak-anak kelak? Pendidikan macam apa yang bisa diberikan oleh seorang ibu yang tidak paham agama?

Peran ibu sangat penting dalam peradaban manusia. Ibu adalah salah satu pemeran utama dalam proses pendidikan anak. Tanpa ibu yang baik, kita hanya akan menuai duri dan buah yang pahit.

Oleh karena itu, jika kita menemukan dalam buku-buku sejarah adanya ulama-ulama hebat yang dalam usia tujuh tahun sudah hafal Al Quran, hafal sekian banyak hadits di usia sembilan tahun, dan lain sebagainya, maka kita patut bertanya. Apa yang membuat itu semua mungkin terjadi? Kita harus paham bahwa itu semua tidak terjadi dengan begitu saja. Tidak terjadi karena ada anak ajaib yang tiba-tiba bisa pandai sendiri. Bukan, bukan itu semua. Di balik itu semua ada ibu-ibu salihah yang senantiasa mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.

Cerdas berinvestasi 

Rasulullah saw. bersabda:

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَّةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ

Bilamana manusia telah meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: (1) sedekah jariah; (2) ilmu yang bermanfaat; (3) anak shalih yang mendoakannya. (HR al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Dengan memiliki anak yang shalih, maka kita berkesempatan mendapatkan pahala yang terus mengalir walaupun kita sudah meninggal. Bagaimana jika anak kita kelak menjadi ulama besar? Bagaimana jika anak kita kelak menjadi orang penting di dalam perjuangan Islam? Maka orang tuanya tentu juga akan mendapatkan pahalanya karena telah mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar. Ini ibarat investasi. Jika kita ingin untung besar, maka berinvestasilah secara benar pada bisnis yang benar. Jangan berinvestasi secara salah pada bisnis yang salah. Bukannya meraih untung, tapi malah buntung.

Maka sungguh rugi jika hanya karena alasan cantik saja, laki-laki memilih seorang perempuan menjadi istrinya. Dan sungguh rugi pula jika menyiakan-nyiakan perempuan yang baik agamanya hanya gara-gara dia kalah cantik dibanding perempuan lain yang tidak beragama. (www.baiti.my.id)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *